Minggu, 18 Mei 2014

ADAB ADAB BERJALAN

ADAB BERJALAN MENURUT ISLAM

Aktivitas yang satu ini tidak bisa lepas dari keseharian kita. Baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Lalu, bagaimana pula sikap dan cara kita mengatur gerakan yang satu ini? Adakah ketentuan dan rambu-rambu syariat yang mesti kita lakukan? Ya, ada beberapa aturan Islam dalam hal berjalan.

1.      Bersikap tawadhu dan tidak sombong dalan berjalan
Dada dibusungkan, kepala yang agak diangkat, dan sikap berjalan lain yang mencerminkan kesombongan tidaklah Allah ridhai. Bahkan, sikap seperti ini justru akan mendatangkan murka Allah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Isra’: 37)
Demikian pula dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

2.      Tidak berjalan dengan memakai satu sandal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya syaithan berjalan dengan satu sandal.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal. Hendaklah ia memakainya semua atau melepaskannya semua.” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Demikianlah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa memakai satu sandal dalam berjalan adalah amalan syaithan. Sedangkan kita diperintahkan untuk menyelesihi semua tindak tanduk syaithan. Sebab, syaithan senantiasa berupaya untuk menyelisihi syariat Allah, dan mengajak manusia untuk mengikutinya.

3.      Sesekali bertelanjang kaki dalam berjalan
Berdasarkan perkataan Fudhalah radhiyallahu ‘anhu,

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar kadang-kadang telanjang kaki (ketika berjalan).” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam silsilah Kitab Ash Shahihah dan Kitab Shahih Sunan Abi Dawud)

4.      Melakukan cara jalan yang baik dan meninggalkan cara jalan yang tidak baik :
Adapun berjalan yang baik adalah sebagai berikut.

a.      Berjalan dengan cepat, tenang, dan baik.
Hal ini sebagaimana cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling cepat jalannya, paling baik, dan tenang. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
“Saya tidak pernah melihat orang yang paling gagah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan matahari berjalan di wajahnya, dan saya tidak pernah melihat seseorang yang paling cepat jalannya daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan bumi terlipat untuk beliau.” (HR. At-Tirmidzi)
Cepat dalam berjalan tidak berarti tergesa-gesa. Namun, cepatnya jalan beliau menandakan kekuatan dan semangat ketika berjalan.
b.      Berjalan tegak dan tidak membungkuk.
Demikianlah contoh cara berjalan yang baik. Sebagaimana ini adalah cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orangnya berpostur sedang, tidak tinggi ataupun pendek, fisiknya bagus. Warna kulitnya kecoklatan. Rambutnya tidak keriting, juga tidak lurus. Apabila berjalan, beliau berjalan dengan tegak.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Demikian pula hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Beliau berjalan dengan tegak layaknya orang yang sedang menapaki jalan menurun.” (HR. At Tirmidzi)

c.      Memosisikan badan condong ke depan.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan, beliau condong ke depan seakan-akan beliau turun dari shabab (tempat yang tinggi).” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman) Jalan seperti ini adalah jalannya orang-orang yang memiliki tekad dan keinginan yang kuat.
Adapun cara berjalan yang tidak baik, misalnya:
a.      Banyak menoleh ke kanan dan ke kiri ketika berjalan. Disebutkan dari riwayat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila beliau berjalan, beliau tidak menoleh.” (HR. Al Hakim dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’)
Banyak menoleh ketika berjalan adalah sifat orang yang bimbang, takut, atau seorang pencuri. Sehingga amalan ini tidak berfaedah, bahkan merupakan perkara yang tercela. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah mengatakan,
“Dua perkara yang menggolongkanmu menjadi seorang yang dungu atau bodoh; banyak menoleh dan bergegas dalam menjawab.” (Adab Asy Syar’iyyah)
Ibrahim An Nakhai rahimahullah juga mengatakan, “Bukan termasuk sifat terhormat, banyak menoleh di jalan.
”Adapun menoleh karena kebutuhan, tentulah hal ini diperbolehkan. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah melakukannya. Namun, termasuk adab pula adalah bila menoleh, hendaknya tidak hanya kepala, tapi sertakan pula dengan badannya.
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila menoleh, beliau menoleh dengan keseluruhan (badan) beliau.” (HR. Ahmad dalam Al Musnad dan Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Al Adabul Mufrad)

b.      Bersikap lemah ketika berjalan.
Sikap lemah ketika berjalan adalah lawan dari sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat. Oleh karenanya, Aisyah radhiyallahu ‘anha mengingkari cara berjalan seperti ini, dan membandingkan dengan cara berjalan Uman bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Beliau radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Dahulu Umar radhiyallahu ‘anhu adalah seorang pembaca (penghapal Al Qur’an). Namun, bila berjalan ia cepat, bila berbicara terdengar, dan bila memukul (menghukum) memberikan rasa sakit.” (Al Kaamil)

c.      Berjalan meniru cara berjalan lawan jenis
Meniru lawan jenis, baik dari gaya bicara, pakaian, sikap, termasuk gaya berjalan, hukumnya haram. Berdasarkan keumuman larangan menyerupai lawan jenis.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Al Bukhari dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu)

Nah, demikian sekelumit pembahasan hukum dan tata cara berjalan yang baik dan benar. Semoga berfaedah. Amin

ADAB ADAB TIDUR YANG DISUNAHKAN ROSULULLOH

ADAB TIDUR RASULLOH S.A.W

“Adab tidur sebagaimana teladan Rasulullah SAW, dengan posisi miring ke kanan. Kuping, pipi, tangan, kaki kanan berada di bawah. Wajah dan badan bagian depan dihadapkan ke kiblat.”
Amalan
1.      Padamkan Lampu
Rasulullah SAW bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari, Iapabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana makanan dan minuman.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

2.      Berwudhu
Dari al Barra bin Azib, Rasululah SAW bersabda, “Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu, kemudian ucapkan doa. Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus. Dan, hendaklah kamu jadikan doa tadi sebagai penutup pembicaranmu malam itu. Maka, jika kamu meninggal malam itu, niscaya kamu meninggal di atas fitrah.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

3.      Bersih
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya lebih dulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya.”. Di riwayat lain, dijelaskan jumlah kibasan yang dianjurkan sebanyak tiga kali (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

4.      Baring Kanan
Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu mendatangi  tempat tidurmu, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dijelaskan, apabila tidur Rasulullah SAW meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya. Kalau telah terlelap, tak apa-apa posisi badan berubah. (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

5.      Baca Al-Qur’an
`Aisyah radhiyallahu`anha berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur setiap malam, beliau mengatupkan kedua telapak tangannya, lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ‘Qul huwallahu ahad’ (Surat Al-Ikhlash), ‘Qul a’udzu birobbil falaq’ (Surat Al-Falaq) dan ‘Qul a’udzu birobbin naas’ (Surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya pada anggota tubuh yang mampu dijangkau, mulai kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Al-Bukhari No. 5017)
Diriwayatkan Abu Hurairah ra, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah Ayat Al-Kursi, karena dengannya kamu selalu dijaga Allah Ta’ala, dan syaitan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi.” Nabi SAW bersabda, “Benar apa yang dikatakannya, padahal dia itu pendusta. Dia itu syaitan.” (HR. Bukhari No. 3275)
Hudzaifah berkata, “Apabila Nabi shallallahu `alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan, Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan namaMu, Ya Allah aku mati dan aku hidup). Dan, apabila bangun tidur, beliau mengucapkan, Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah tempat kembali.” (HR. Bukhari No. 6324)

“Barangsiapa membaca dua ayat (Surat Al-Baqarah) itu pada malam hari, maka dua ayat tersebut telah mencukupkan-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Surat Al-Kafirun, berdasarkan hadits yang mengisahkan Rasulullah SAW mengajarkan sahabat Naufal untuk membaca surat Al-Kafirun, sebelum tidur. (HR. Abu Dawud, Ahmad dan At Tirmidzi)
Surat Al-Mulk dan As-Sajdah, berdasarkan penjelasan sahabat Jabir bin Abdillah, beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sampai beliau membaca alif lam mim tanzilus sajdah (Surat As-Sajdah) dan Tabarokalladzi biyadihil mulk (Surat Al-Mulk).” (HR. Al-Bukhari)

Dzikir menjadi keutamaan kaum mukmin sebelum tidur

Dzikir
Bismikallahumma amuut wa ahyaa.” (HR. Al-Bukhari)
“Allahumma qiini `adzabaka yauma tab’atsu i’badak.” (HR. Abu Dawud)
“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi `ibaadakasshaalihiin.”  (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Waktu
Abi Barzah berkata, “Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam membenci tidur sebelum Shalat `Isya, dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Al-Bukhari No. 568)
Nabi shallallahu `alaihi wa sallam tak suka begadang setelah Shalat `Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir luput Shalat Shubuh berjamaah. Umar bin Al-Khattab sampai-sampai memukul orang yang begadang setelah Shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?”
 (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Rasulullah SAW tidur pada awal malam dan bangun pertengahan malam. Beliau bangun ketika mendengar kokok ayam jantan dengan memuji Allah dan berdoa. “Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepadanya seluruh makhluk kan dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari)
“Barangsiapa bangun malam hari, kemudian berdoa, tiada illah yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu baginya, milikNyalah segala kerajaan dan pujian, Yang Maha menghidupkan dan mematikan, di tanganNyalah segenap kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagiNya dan tiada illah yang berhak disembah, kecuali Allah, Allah Maha Besar, tiada daya serta upaya melainkan dengan pertolongan Allah, setelah itu berdoa, Ya Allah ampunilah aku, ataupun doa selain itu, niscaya dikabulkan doanya. Apabila ia bangkit berwudhu lalu shalat, maka akan diterima shalatnya.” (HR. Al-Bukhari)

Makruh Tidur
1.      Makruh tidur di atas atap terbuka.
Sahabat `Ali bin Syaiban meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari)
2.      Makruh tidur posisi telungkup.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya cara berbaring seperti ini (telungkup) adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah)
Firman Allah SWT
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya adalah tidurmu di waktu malam dan siang hari, serta usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Rum: 23)

“Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya (pada siang hari) serta supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Qashahs: 73)

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. An-Naba: 9)

ADAB TIDUR

1.      Tidur di awal malam
Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah teladan bagi setiap muslim, maka barang siapa yang memperhatikan tidurnya, niscaya dia akan mendapati bahwa tidurya beliau paling sempurna dan paling bermanfaat bagi tubuh. Beliau tidur diawal malam dan bangun diawal sepertiga malam. Sahabat mulia Ibnu Abbas pernah bertutur: “Suatu ketika aku pernah bermalam dirumah bibiku Muimunah untuk melihat bagaimana shalatnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم , beliau berbincang sejenak bersama istrinya, kemudian tidur”. 6

2.      Dibencinya tidur sebelum lsya’ dan ngobrol setelahnya. Berdasarkan hadits:
Dari Abu Barzah bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenci tidur sebelum isya’ dan bercakap-cakap setelahnya. 7
Al-Ha zh lbnu Hajar berkata:“Dibencinya tidur sebelum Isya’ karena dapat melalaikan pelakunya dari shalat Isya’ hingga keluar waktunya, adapun bercakap-cakap setelahnya, yang tidak ada manfaatnya-pent, dapat meyebabkan tidur hingga shalat shubuh dan luput dari shalat malam”. 8
Kemudian Al-Ha zh menegaskan bahwa larangan bercakap-cakap setetah Isya’ dikhususkan pada percakapan yang tidak ada manfaat dan kebaikan didalamnya. 9
Adapun percakapan yang bermanfaat maka tidaklah termasuk dalam larangan ini, sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat bahwasanya Nabi bersama Abu Bakar pernah bercakap-cakap hingga larut malam karena urusan kaum muslimin. 10
3.      Menutup pintu, mematikan api dan lampu
Berdasarkan hadits: Dari Jabir Bin Abdullah bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Matikanlah lampu-lampu diwaktu malam jika kalian hendak tidur, dan tutuplah pintu-pintu, bejana serta makanan dan minuman kalian. 11
Juga berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Janganlah kalian meninggalkan api yang menyala ketika kalian tidur”. 12
Imam Al-Qurthubi berkata:“Berdasarkan hadits ini apabila seseorang tidur sendirian sedangkan api masih menyala di dalam rumahnya hendaklah ia mematikan terlebih dahulu sebelum tidur, demikian pula apabila di dalam rumah terdapat beberapa orang hendaklah orang yang terakhir yang melakukannya, maka barang siapa yang meremehkan hal ini sungguh dia telah menyelisihi sunnah!”. 13
Ibnu Daqiq Al-`Ied berkata:
“Perintah menutup pinto sebelum tidur, di dalamnya terdapat kebaikan duniawi dan ukhrowi yaitu menjaga diri dan harta dari orang-orang yang hendak berbuat jahat, terlebih lagi dari syaithon”. 14
Perhatian: Perintah mematikan api dan lampu sebelum tidur merupakan tindakan preventif sebelum terjadt kebakaran, apabila aman dan kebakaran -seperti keadaan lampu-lampu masa kini-Pent maka tidaklah mengapa menghidupkannya. 15

4.      Berwudhu
Berdasarkan hadits: Dari Baro’ Bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat”. 16 Imam Nawawi berkata:
“Hadits ini berisi anjuran berwudhu ketika hendak tidur, apabila seseorang telah mempunyai wudhu maka hal itu telah mencukupinya, karena maksud dari itu semua adalah tidur dalam keadaan suci khawatir maut menjemputnya seketika itu, maksud yang lain dengan berwudhu dapat menjauhkan diri dari gangguan syaithon dan perasaan takut ketika tidur”.

5.      Mengebuti tempat tidur Berdasarkan hadits:
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian hendak tidur maka kebutilah tempat tidurnya dengan ujung sarungnya, karena sesungguhnya dia tidak tahu apa yang akan menimpa padanya”.
Faidah hadits:
1. Sunnahnya mengebuti tempat tidur sebelum tidur.
2. Hendaklah mengebutinya tiga kali.
3. Membaca ‘Bismillah’ ketika mengebutinya sebagaimana hadits riwayat Muslim
4. Bagi orang yang bangun dari tempat tidurnya kemudian kembali lagi, maka dianjurkan untuk mengebutinya kembali.

6.    Larangan tidur satu selimut Berdasarkan hadits:
Dari Abu Said Al-Khudri dari bapaknya bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Janganlah pria melihat aurat pria yang lain dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang lain, dan janganlah pria berkumpul dengan pria lain dalam satu selimut, dan janganlah wanita berkumpul dengan wanita lain dalam satu selimut”.

7.        Berbaring Kesisi Kanan
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Adalah Nabi tidur dengan berbaring kekanan dan beliau meletakkan tangannya yang kanan dibawah pipinya yang kanan”.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat kemudian berbaringlah kesisi kanan!
Sahabat Mulia Hudzaifah berkata:
“Adalah Nabi apablla tidur beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya”.
Imam Ibnul Jauzy berkata:
“Keadaan tidur seperti ini sebagaimana ditegaskan oleh pakar kedokteran merupakan keadaan yang paling baik bagi tubuh”.

8.      Membaca Ayat Al-Qur’an Dianjurkan bagi setiap orang yang hendak tidur untuk membaca ayat-ayat AI-Qur’an
terlebih dahulu, diantaranya:
1.      Membaca Ayat kursi, berdasarkan hadits tentang kisah Abu Hurairah yang diajari oleh syaithon ayat kursi kemudian dia berkata: “Jika engkau membacanya, maka Allah senanriasa akan menjagamu dan syaithon tidak akan mendekatimu hingga pagi.” 27
2.      Membaca surat Al-lkhlas, AI-Falaq, An-Naas, berdasarkan hadits A’isyah dia berkata: “Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم apabila hendak tidur beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya seraya membaca surat Al-lkhlas, Al-Falaq, An-Naas, kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan-nya kebagian tubuh yang bisa diusap, dirnulai dari kepala, wajah dan bagian tubuh lainnya sebanyak tiga kali “. 28
3.      Membaca Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, berdasarkan hadits: Dari Abu Mas’ud Al Badriyyi bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah barang siapa yang membacanya di waktu malam maka akan mencukupinya”. 29
9.      Membaca Do’a
Banyak sekali do’a sebelum tidur yang telah diajarkan Nabi dtantaranya: “Yaa Allah dengan menyebut nama-Mu aku mati dan hidup”. 30
“Yaa Allah… aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu karena mengharap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat bersandar dan tempat menyelamatkan kecuali kepada-Mu, Yaa Allah… aku beriman kepada kitabMu yang telah engkau turunkan dan kepada NabiMu yang telah engkau utus”, maka jika engkau meninggal pada malam harinya sungguh engkau meniggal dalam keadaan throh dan jadikanlah do’a tersebut akhir yang engkau ucapkan. 31
Apa yang harus dilakukan jika bermimpi? Dari Abdullah Bin Abu Qotadah bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Mimpi yang baik adalah dari Allah, sedangkam mimpi yang buruk dari syaithon, maka apabila salah seoratg diantara kalian mimpi buruk hendaklah ia meludah kearah kiri dan mohonlah perlindumgan kepada Allah dari kejelekannya, sesungguhnya hal itu tidak akan memadhorotinya”. 32
Faidah hadits:
1.      Mimpi ada dua macam: baik dan buruk, mimpi yang baik adalah dari Allah sedangkan mimpi yang buruk dari syaithon. 33
2.      Apabila bermimpi baik hendaklah ia memuji Allah dan menceritakannya kepada orang yang menyukai. 34
3.      Sebaiknya apabila bermimpi buruk maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah, kemudian meludah kearah kiri sebanyak tiga kali, bepindah tempat, shalat dua rakaat dan janganlah ia menceritakan kepada seorangpun. 35



10.   Dibencinya tidur telungkup
Berdasarkan hadits: Dari Tikhfah Al-Ghifari dia berkata:
Suatu ketika tatkala aku tidur didalam mesjid, tiba-tiba ada seorang yang menghampiriku, sedangkan aku dalam keadaan tidur terlungkup, lalu dia membangunkanku dengan kakinya seraya berkala: “Bangunlah! Ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah, maka akupum mengangkat kepalaku ternyata beliau adalah Nabi. 36
Berkata Syaroful Haq ‘Azhim Abadi:
“Berdasarkan hadits ini, bahwa tidur telungkup diatas perut adalah dilarang, dan itu adalah bentuk tidurnya syaithon”. 37
11.   Dibencinya tidur diatas rumah tanpa penutup Berdasarkan hadits:
Dari Ali Bin Syaiban bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم : bersabda: “Barang siapa yang tidur diatas rumah tanpa penutup/penghalang maka sungguh telah terlepas darinya penjagaan”. 38
12.   Do’a ketika bangun tidur
Ketika bangun dari tidur hendaklah kita berdo’a:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setetah sebelumnya mematikan kami
dan hanya kepadaNya kami akan dibangkitkan “.